Rabu, 26 November 2008

Cerpen, Novel, dan Puisi

Dibalik tirai-tirai cinta,,

Setahun sudah cintaku berlalu,
Meninggalkan seribu kenagnan,sejuta makna…
Di hati peuh balutan luka..
Yang kau tinggalkan sbagai kenangan..
Tiadalah daya ku melupakanya,
Meski kutau kau tlah berdua..
Dibalik tirai-tirai cinta itu..
Masih ada rasa tak menentu…

Senyumnya adalah bahagiaku

Malam ini bulan tenggelam...
Bulan di kotaku,bulan di hatiku...
Namun di sudut hati yang lain ada yg tersenyum,
Namun bukankah bahagianya adalah bahagiaku...??
Terlebih senyumnya adalah bahagiaku juga...

Sujudku untuk malammu,

Di ujung malam yang berjelaga,
Kurajut hening dan cipta...
Mencoba merasakan lelahmu...
Hening dan ciptaku membawa nafas do’a untuk keindahan dlm tidurmu...
Sujudku untuk malammu,
Do’aku untuk senyum terteduh dalam mimpimu...

Andai rindu bersambut

Rinduku akan setia mengiringi harimu...
Seperti hatiku yang selamanya ingin berada dalam payung mata beningmu,
Rebah sudah kangenku berlabuh padamu...
Diam tak bergerak...
Lalu terbaring manja di permadani hatimu,
Andai rinduku bersambut...
Aku kan tersenyum dan menangis di sudut bibirmu,
Saat raga dan mata kita bertemu...

Tirai-Tirai Cinta

Segala cerita tentangmu masih tertinggal di jiwaku...
Mengendap keras dalam lelahnya pengembaraanku,
Sungguh...
Terlalu berat memikul beban rindu ini,
Andai kau tahu itu...
Terlalu indah melewatkan setiap gelisah yang hadir,
Setiap rindu yang mengetuk” di balik temaram senja...
Dan setiap cinta yang mengalir di hembusan nafas...
Di balik Tirai-Tirai Cinta...

Indah Dirinya

November 21st, 2008 by Pudewatra

Nafas-nafas yang tak pernah lepas,
Unjukkan rasa yang selalu bebas,
Rebahkan jiwa di hati yang luas,
Usir segala sunyi yang menindas,
Legakan rasa berikan cinta,

Auman merdu dari bibir indahmu,
Imbuhkan cinta dalam hati yang luka,
Nirwana dunia bagi jiwa yang bahagia,
Iliran cinta nan elok dan bersahaja.


Dialog Cermin

Sang Nyonya duah tidak sabar. Kakinya yang mungil tergesa-gesa. Selop tebal yang dipakainya menimbulkan bunyi gelisah. Tangannya mengobrak-abrik tumpukan pakaian di atas dipannya yang empuk dan tinggi. Tumpukan pakaian itu adalah gaun-gaun dari suaminya, dihadiahkan sebuah setiap ia ulang tahun. Dan kini ia sudah punya belasan. Ia sudah tidak muda lagi namun masih sangat cantik dan ia merasa masih pantas memakai gaun-gaun itu.